Kepingan Pengabdian Ibu Guru

Pendidikan adalah hak setiap warga negara, tidak terkecuali saudara kita yang berada nan jauh diujung timur Indonesia. Jaminan pendidikan sebenarnya telah diatur dalam Undang-Undang Dasar negara. Dalam Undang-undang tersebut mengamanatkan bahwa setiap warga negara diwajibkan mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Namun sayangnya, nasib saudara kita yang berada jauh dari pusat ibu kota negara ini tidak sebaik gagasan yang telah diundang-undangkan negara. 

Implementasi teori belajar mengajar (pembelajaran)

Implementasi teori Behaviorisme dalam proses belajar mengajar adalah pendidik menjadi sentral atau pusat dari sumber pengetahuan, serta guru dalam hal ini memegang kendali penuh terhadap suatu pembelajaran. Tidak jarang peserta didik belum memahami suatu materi pembelajaran, pendidik melanjutkan materi selanjutnya. Hal ini disebabkan karena peserta didik takut untuk menanyakan suatu materi yang belum dipahaminya, sehingga berefek pada ketidak fahaman materi selanjutnya. Jadi, implementasi dari teori ini antara lain

Perbedaan strategi belajar dan strategi mengajar

Strategi belajar (pembelajaran) menurut Dick dan Carey (2005:7) adalah komponen-komponen dari suatu set materi termasuk aktivitas sebelum pembelajaran, dan partisipasi peserta didik yang merupakan prosedur pembelajaran yang digunakan kegiatan selanjutnya.

Teori Belajar

Berikut ini ada 3 kategori teori belajar yang diterapkan dalam pembelajaran kawan, antara lain teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan kontruktivisme. Berikut penjelasan lengkapnya.

Terlindas Zaman


Hari minggu, hari yang paling ditunggu para pegawai. Hari yang ditunggu para pekerja kasar maupun kantoran. Kami pun selalu menunggu hari ini. Hari dimana kebebasan terwujud. Ya.. kebebasan.. kami terbebas dari aturan pekerjaan dan aktivitas yang mengikat. Ngomong-ngomong kebebasan, menurut Black dalam kamus hukum Black mengartikan kebebasan adalah sebuah kemerdekaan dari semua bentuk-bentuk larangan kecuali larangan yang telah diatur dalam undang-undang. Hari ini pekerja bebas melakukan aktivitas apapun, yang pada intinya tidak melanggar undang-undang. Tidak jadi persoalan.. Bagi pekerja, hari minggu adalah hari kemerdekaan dari jerat pekerjaan yang mengikat.

Kolonialisme di Amerika Serikat (AS)


Manusia pribumi pertama yang mendiami Amerika Utara (Serikat) adalah suku Adenan. Suku ini dengan pengetahuan yang dimilikinya membangun situs pemakaman dan benteng dari tanah sekitar 600 SM. Namun Suku adenan disingkirkan secara besar-besaran oleh suku Hopewellian. Mereka dikenal sebagai pedagang yang cakap, namun sekitar tahun 500 Masehi suku ini pun menghilang belum diketahui penyebabnya.

Analisis Kejujuran dan Kebijaksanaan


Dalam kehidupan sehari-hari diri tidak lepas dari sebuah keinginan. Keinginan ini akan membentuk suatu tujuan dalam diri. Untuk berjalan, duduk, berlari, berdiri dan lain sebagainya tidak lepas dari sebuah tujuan dalam diri, apakah disadari atau tidak tujuan tersebut tetaplah melekat dalam diri. Tujuan muncul sebagai akibat dari respon diri terhadap dunia luar ataupun kebutuhan dalam diri yang kemudian di realisasikan melalui tubuh untuk mencapainya. Sehingga dikenallah istilah kerja keras dalam berusaha.

Bung Karno dan Papua

  Ketika mendengar kata Cendrawasih, ingatan kita langsung tertuju pada salah satu daerah Republik Indonesia diujung paling timur. Benar, saat ini semua orang menyebut daerah itu dengan nama Papua. Cendrawasih merupakan burung yang banyak ditemui di tanah Papua, sehingga daerah ini mendapat julukan bumi cendrawasih.
Keunikan budaya dan masyarakatnya serta sumber daya alamnya yang berlimpah menjadikan daerah ini bidikan utama para kapitalis hingga saat ini. Di daerah Papua yang dulu benama Irian Barat ini menyimpan sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia yang dramatis. Namun berkat usaha seluruh bangsa Indonesia dan putra putri Papua seperti Marthen Indey, Frans Kaisepo, Silas Papare dan segenap pahlawan lain di tanah Papua akhirnya daerah ini berhasil lepas dari cengkraman Belanda.
Perputaran panjang perjuangan bangsa Indonesia sampailah pada tanggal 19 Desember 1961. Tepatnya 55 tahun silam, dengan semangat menggelora dan penuh gegap gempita bung Karno menyerukan Tiga Komando Rakyat (TRIKORA) untuk mengembalikan Irian Barat dari cengkraman Belanda ke pangkuan ibu pertiwi. “Tegas saya memberi komando ini, gagalken Negara Papua itu. Kibarken bendera sang Merah Putih di Irian Barat. Akan datengnya mobilisasi umum, mobilisasi umum yang mengenai seluruh rakyat Indonesia untuk membebaskan Irian Barat sama sekali dari pada cengkraman imperialisme Belanda” tutur bung Karno dalam salah satu pidatonya dengan semangat berapi-api. 
Asal Usul Gagasan dan Aksi TRIKORA
Bukan tanpa alasan bung Karno mengobarkan semangat pembebasan Irian Barat secara frontal terhadap Belanda. Berpijak pada Konfrensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949 yang menyatakan bahwa masalah Irian Barat akan diselesaikan dalam waktu setahun sesudah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia. Namun apa hendak dikata, perundingan-perundingan yang diikhtiarkan oleh delegasi Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tidak mengetuk hati pemerintah Belanda. Segenap perundingan yang diusahakan Indonesia direspon negatif oleh Belanda dengan tidak pernah menyinggung pengakuan kedaulatan wilayah Irian Barat sebagai bagian dari Republik Indonesia. Justru sebaliknya pemerintah Belanda memperkuat militernya di Irian Barat. Bahkan pada pertengahan Agustus 1952 pemerintah Belanda berbekal persetujuan parlemennya memasukkan Irian Barat kedalam wilayah Kerajaan Belanda tanpa menggubris pemerintah Indonesia. Melihat Belanda telah melanggar isi perjanjian KMB dan menginjak-injak harga diri bangsa, maka Indonesia dengan tegas menjawab permusuhan Belanda dengan menasionalisasikan perusahaan Belanda di Indonesia pada tahun 1958, disusul dengan memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda pada 17 Agustus 1960. Imbas dari perselisihan yang semakin memanas, Indonesia pun dengan tegas tidak mengakui perjanjian KMB. Begitu kuatnya gesekan antara pemerintah Indonesia dengan Belanda dalam perebutan Irian Barat, akhirnya sampailah pada puncak perseteruan yakni diserukannya Tiga Komando Rakyat (TRIKORA) pada tanggal 19 Desember 1961 oleh bung Karno.
Sejak dideklarasikannya TRIKORA semangat perjuangan bangsa Indonesia semakin nyata dan mendapat ujian. Operasi infiltrasi ke Irian Barat pada bulan-bulan selanjutnya semakin masif, tidak hanya itu para sukarelawan dan putra putri Papua turut berjuang mengusir Belanda dari tanah airnya. Tanggal 15 Januari 1962 terjadi pertempuran laut Aru yang mengakibatkan Komodor Yos Sudarso bersama 29 awak kapal gugur dalam medan pertempuran sebagai kusuma bangsa. Sebagai jawabannya Indonesia membalas dengan mengerahkan 16.000 pasukan, ratusan kendaraan tempur dan pesawat tempur serta kapal perang untuk mengusir Belanda. Pertempuran ini adalah pertempuran terbesar sepanjang perjuangan bangsa Indonesia. Dengan supremasi kekuatan militer inilah Indonesia pada saat itu menjelma menjadi negara terkuat di belahan bumi selatan. Dunia Internasional pun dikejutkan dengan kekuatan dan militer Indonesia yang dalam waktu singkat telah mengepung Belanda di Irian Barat. Kondisi Belanda yang terjepit memaksa AS dan Australia sebagai sekutunya mengadakan perundingan di markas PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) tanggal 15 Agustus 1962 yang menghasilkan persetujuan New York. Isi pokok perjanjian tersebut adalah penyerahan wilayah Papua Barat pada UNTEA (PBB) untuk selanjutnya diserahkan kepada pemerintah Indonesia yang sebelumnya harus diadakan proses penentuan pendapat rakyat (Pepera) yang diselenggarakan sebelum tahun 1969.
Bung Karno dengan semangat berapi-api menyambut kemenangan perjuangan bangsa Indonesia di Irian Barat dengan pidatonya yang monumental “Nanti tanggal 1 Mei jam 12.30 pemerintahan di Irian Barat mutlak akan jatuh ditangan kita, dan dalam wadah itu kita tuangken suatu masyarakat tanpa eksploitation de long par long, suatu masyarakat yang tiap-tiap manusia indonesia merasa bahagia, suatu masyarakat yang tiada seorang ibu menangis oleh karena tidak bisa memberi air susu kepada anaknya, suatu masyarakat yang tiap-tiap orang bisa menjadi cerdas, suatu masyarakat yang benar-benar membuat bangsa Indonesia ini suatu bangsa yang terdiri dari ratusan juta insan al kamil yang hidup dengan bahagia dibawah kolong langit buatan Allah SWT”.
Gaung yang menggema di Irian Barat serta gelora semangat pada tanggal 19 Desember 1961 harus selalu diingat dan dijaga oleh generasi bangsa Indonesia. Pada hari itulah bangsa Indonesia mendeklarasikan perjuangan heroiknya dalam menegakkan kedaulatan Republik Indonesia yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Sudah sepantasnyalah generasi bangsa Indonesia mengadopsi semangat para pendahulunya untuk membangun bumi cenderawasih ini menjadi bumi yang adil dan makmur sesuai cita-cita pendiri bangsa.
Realitas dan Harapan
Kokohnya suatu bangsa dapat diukur dari kesadaran masyarakat dalam memahami tujuan dasar bernegara dan penghayatannya terhadap jasa para pendahulunya. Tujuan dasar Negara Indonesia sudah jelas, Pancasila yang dipertegas dalam pembukaan UUD 1945 menjadi ujung tombak arah gerakan bangsa Indonesia. Selain itu, penghayatan terhadap pengorbanan para pahlawan mutlak diperlukan untuk menambah semangat juang pembangunan dan kecintaan terhadap tanah air Indonesia.
Peristiwa dicetuskannya Tiga Komando Rakyat (TRIKORA) oleh bung Karno pada 19 Desember 1961 adalah suatu peristiwa maha penting yang harus diingat oleh seluruh rakyat Indonesia. Peristiwa tersebut menjadi kunci ditegakkannya kedaulatan Indonesia dari Sabang sampai Merauke, peristiwa itu pula menjadi bukti masa kejayaan Indonesia, selain itu nama Indonesia melambung dalam kancah dunia internasional. Namun kenyataan yang terjadi, banyak masyarakat Papua khususnya para generasi muda tidak tahu menahu tentang sakralnya hari itu. Penulis menyaksikan sendiri, pada hari itu di tanah Papua seolah-olah tidak ada gaung semangat untuk membangun daerah ini menjadi mercusuar Indonesia. Hari-hari berjalan seperti biasa tanpa ada suatu peringatan yang berarti. Seperti pada umumnya masyarakat pergi ke hutan, pasar dan melakukan kegiatan berkebun seperti pada hari-hari biasa. Sejatinya peringatan ini diperlukan untuk mengingatkan kembali semangat perjuangan untuk pembangunan di tanah Papua yang jauh tertinggal dibandingkan daerah-daerah lain di Indonesia. Bahkan, masyarakat daerah-daerah lain di Indonesia pun wajib tahu tentang keperkasaan dan kehebatan para pendahulunya, yang kemudian semangat penghayatan tersebut diaktualisasikan dalam pembangunan masa kini. Oleh karena penting dan sakralnya hari dicetuskannya TRIKORA, sudah selayaknyalah pemerintah Indonesia menjadikan hari itu sebagai hari yang bersejarah dan diperingati oleh tumpah darah Indonesia.
Rasa cinta tanah air dan senasip seperjuangan di bumi cendrawasih masih belum sepenuhnya mendarah daging di lautan manusia Papua. Pendidikan seharusnya menjadi sarana pembentukan kesadaran masyarakat. Namun sungguh sangat disayangkan, sampai saat ini anak-anak Papua sebagian besar masih sulit untuk menempuh pendidikan. Penulis yang notabennya sebagai pendidik yang mengabdi di tanah Papua menyaksikan sendiri kondisi tersebut. Bahkan yang lebih ironi, di pelosok Papua anak-anak harus naik perahu kayu menyusuri sungai untuk sampai di sekolah. Ada yang menembus hutan untuk sampai di sekolah dan menetap di sekitar sekolah untuk menimba ilmu sampai beberapa bulan. Kondisi tersebut diperparah dengan minimnya tenaga pendidik dan kualitasnya pun masih dibawah kualifikasi. Pembangunan infrastruktur sekolah mulai dari Sekolah Dasar di setiap Desa, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di setiap kecamatan seharusnya menjadi perioritas utama pemerintah untuk mencerdaskan anak bangsa sesuai cita-cita pendiri bangsa.
Dibidang kesehatan hampir mempunyai nasib yang sama. Dengan sarana infrastruktur dan tenaga medis yang minim, membuat masyarakat Papua harus berjuang keras jika mereka sakit. Di Papua pedalaman sungguh sangat menyedihkan, tidak semua Puskesmas ada, jikapun ada itupun tenaga medisnya minim dan dibawah standart. Ketika kondisi tidak bisa ditangani oleh tenaga medis tersebut, masyarakat harus menempuh jarak sekitar setengah hari bahkan satu hari untuk menuju Rumah Sakit di kota dengan perahu kayu atau speed boat menyusuri sungai. Memang seperti itulah sulitnya mendapat jaminan kesehatan di daerah ini. Jika di daerah lain Puskesmas ada di setiap desa, masyarakat di daerah Papua cukup berharap ada satu Puskesmas di setiap kecamatan dengan tenaga medis yang mumpuni dan peralatan medis yang memadai.
Permasalahan ekonomi adalah masalah utama masyarakat di daerah ini. Mereka hanya mengandalkan hutan dan sumber daya alam mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Mereka masuk ke hutan untuk berburu dan berkebun. Sementara kesadaran masyarakat untuk berwirausaha masih sedikit. Jika pun ada mereka menjadi pelengkap dengan berdagang pinang dan aneka sayur-sayuran. Selain itu harga kebutuhan sehari-hari cukup mahal, sehingga masyarakat mau tidak mau kembali ke hutan untuk menyambung hidup. Kondisi tersebut menjadikan tingkat kemiskinan didaerah ini jauh lebih besar dibandingkan daerah-daerah lain. Melalui pelatiahan-pelatihan yang diadakan pemerintah, pembangunan pasar-pasar tradisional dan akses transportasi yang memadai akan mempercepat perkembangan masyarakat untuk berwirausaha dan memajukan daerah ini.
Begitu peliknya melihat permasalahan pembangunan di daerah ini. Dengan kondisi pendidikan dan kesehatan yang belum merata serta ditambah kurang memadainya infrastruktur publik jika dibandingkan daerah-daerah lain menimbulkan kesan pemerintah tidak serius dalam proses pembangunan. Keadaan ini dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab untuk mengadu domba masyarakat dengan pemerintah dan menyebarkan isu sparatisme di daerah ini. Permasalahan seperti ini tidak hanya dapat diselesaikan dengan cara militer, namun penyelesaian melalui budaya, pendidikan dan pemenuhan hak masyarakat Indonesia sebagaimana tercakup dalam UUD 1945 akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
Konsep Kesejahteraan Masyarakat
Konsep ini berdasar Pancasila sebagai dasarnya dan bersifat universal sesuai keadaan kondisi daerah masing-masing. Munculnya konsep ini ketika penulis melihat kondisi di tanah Papua yang kaya akan sumber daya alamnya namun masih belum disadari dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Konsep ini secara garis besar terbagi menjadi 3 tahapan yaitu tahap Pertanian dan Kelautan, Tahap Industri dan Tahap Kesejahteraan Masyarakat.
Kita semua telah mengetahui jika Papua mempunyai lahan yang luas dan subur serta bentang pantai yang panjang, namun belum bisa dimanfaatkan sempurna oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan pemahaman dan pengetahuan masyarakat belum terbentuk. Salah satu solusi yang dapat dilakukan pemerintah adalah melakukan penyuluhan dan pelatihan dengan mendatangkan para sarjana dibidangnya untuk melatih langsung dalam mengolah lahan dan lautnya. Kemudian untuk menunjang agenda tersebut dalam dunia pendidikan para pendidik membekali peserta didik dengan kegiatan bercocok tanam dan kegiatan kelautan yang tujuannya membekali masyarakat sejak dini. Selain itu ada inspiraor untuk memotivasi masyarakat dalam mengelola lahan pertanian dan lautnya yang sejatinya banyak mendatangkan keuntungan secara ekonomi.
Jika masyarakat sudah sadar dan tergerak melakukan kegiatan pertanian dan kelautan. Pemerintah mefasilitasi masyarakat dengan menyediakan sarana transportasi baik darat maupun air guna mengangkut hasil pertanian dan laut masyarakat untuk dijual dan didistribusikan ke kota atau tempat lainnya. Untuk menunjang geliat masyarakat dibidang pertanian, pemerintah perlu membangun saluran irigasi untuk mengairi lahan masyarakat. Membangun infrastruktur seperti jalan, listrik dan jaringan telekomunikasi untuk mendukung masyarakat. Selain itu pembangunan koperasi pertanian yang menyediakan bibit unggul, pupuk serta bantuan dana untuk menunjang keberlanjutan mutlak diperlukan. Dibidang kelautan hampir sama, pemerintah menambahkan fasilitas pembangunan infrastruktur pendukung seperti pasar lelang dan pasar ikan untuk kelancaran distribusi hasil kelautan.
Pada tahap ini masyarakat dapat berperan sebagai petani atau nelayan, distributor maupun pedagang. Untuk membentuk jiwa wirausaha, pemerintah mefasilitasi dengan mendatangkan sarjana dibidangnya untuk melatih masyarakat, serta pemerintah memberikan beasiswa kepada peserta didik yang mampu secara intelektual untuk melanjutkan pendidikannya sampai pada tingkat Perguruan Tinggi. Untuk menunjang serta mengakarkan tahapan pertanian dan kelautan ini, pemerintah juga merangkul lembaga masyarakat dan keagamaan guna memberi dorongan kepada masyarakat dan menjaga keberlanjutan tahapan ini.
Jika masyarakat dan pemerintah sudah sanggup berjalan berdampingan, saling menyokong satu sama lain dan sektor pertanian / kelautan mampu menghasilkan bahan baku melimpah. Maka tahapan selanjutnya adalah tahap Industri. Pada tahapan ini perlu dibangun pabrik-pabrik sesuai bahan baku yang dihasilkan masyarakat. Namun perlu diingat, perusahaan tersebut adalah milik masyarakat umum (bukan milik pribadi / golongan / pemerintah). Maksudnya modal pembangunan perusahaan berasal dari pemerintah dan masyarakat umum sesuai konsep koperasi. Pemerintah mendapat bagian, begitupun masyarakat umum mendapat bagian dari hasil perusahaan tersebut. Dengan kondisi tersebut jika perusahaan untung maka pemerintah dan masyarakat umum menikmati keuntungan tersebut. Namun jika merugi semua ikut menanggung kerugian tersebut. Maksud masyarakat umum adalah masyarakat yang terkait dengan perusahaan tersebut dari hulu sampai hilir sesuai sistem koperasi.
Bentuk perusahaan dengan sistem kebersamaan ini sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia khususnya Papua. Jika perusahaan sudah berproduksi, maka anggota perusahaan (pemerintah dan masyarakat umum) sebagai pemilik perusahaan bekerjasama memasarkan hasil produksi. Tenaga kerja tidak perlu dicari, karena anggota perusahaan dari masyarakat umum siap menjadi tenaga kerja untuk memajukan perusahaan mereka sendiri, begitupun pemerintah bisa saling bekerjasama dengan negara lain untuk melancaran ekspansi perusahaan milik bersama ini. Selain itu masyarakat umum pun dapat membeli produk dari perusahaan mereka sendiri. Jadi, mulai dari pemenuhan bahan baku perusahaan, tenaga kerja sampai proses konsumsi, semua masyarakat turut ambil bagian.
Jika kondisi tersebut dapat dicapai, maka tahap selanjutnya adalah kesejahteraan masyarakat. Pada tahapan ini hasil dari perusahaan yang masuk dalam anggaran pemerintah akan disalurkan untuk sarana publik seperti pendidikan, kesehatan dan sektor lain. Sementara hasil perusahaan yang masuk pada masyarakat umum akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing keluarga. Dengan demikian kesejahteraan masyarakat akan terwujut, tidak ada masyarakat yang tertindas dan ditindas. Akhirnya cita-cita para pendiri bangsa dapat kita wujutkan bersama “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Kunci keberhasilan konsep tersebut adalah menempatkan kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi dan golongan, tanpa itu semua mustahil untuk dapat dicapai. Untuk mencapai kesadaran tersebut, pemahaman terhadap dasar bernegara dan penghayatan terhadap jasa-jasa para pendiri bangsa sangat diperlukan untuk meluruskan niat kita dalam membangun bangsa Indonesia.