Berikut ini ada 3 kategori teori belajar yang diterapkan
dalam pembelajaran kawan, antara lain teori belajar behaviorisme,
kognitivisme, dan kontruktivisme. Berikut penjelasan lengkapnya.
1. Teori
belajar Behaviorisme adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gagne dan
Berliner (1984) tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Dalam perkembangannya teori ini berkembang menjadi sebuah aliran psikologi
belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik
pendidikan dan pembelajaran. Senada dengan Gagne dan Berliner, Menurut Slavin (2000:143) Belajar merupakan
akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon, Seseorang dianggap
telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Jadi,
dalam teori ini yang terpenting adalah input yang berupa stimulus dan output
yang berupa respon, Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Oleh karena itu
dalam teori ini lebih mementingkan pengukuran terhadap perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari proses pembelajaran. Posisi guru dalam hal ini adalah
sebagai pusat perhatian siswa atau guru memegang kendali penuh dalam suatu
proses pembelajaran.
2. Teori
belajar Kognitivisme adalah teori kognitif
ini dikembangkan dan diteliti oleh Ausubel, Bruner, dan Gagne. Teori ini
memiliki prespektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran
melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan
antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini
menekankan pada bagaimana sebuah informasi diproses. Menurut Gagne (1974)
Proses pembelajaran strategi kognitif merupakan proses reflection in action.
Sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), guru
memiliki posisi yang menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama
guru ialah merancang, mengelola dan mengevaluasi pembelajaran. Kemudian menurut
Ausubel (1968) mengatakan bahwa guru bertugas mengalihkan seperangkat
pengetahuan yang terorganisasikan sehingga pengetahuan tersebut menjadi bagian
dari sistem pengetahuan siswa.
Jadi, dalam teori ini menegaskan
kembali peran central seorang pendidik yang tidak hanya mentransfer
pengetahuan, melainkan juga merancang, mengelola dan mengevaluasi peserta
didik. Peserta didik dalam hal ini diarahkan mengetahui suatu pengetahuan tanpa
mengetahui proses masuknya atau transfer pengetahuan, oleh karena itu pendidik
mempunyai sistem yang terorganisir guna mengarahkan pengetahuan masuk ke dalam
memori peserta didik.
3. Teori
belajar Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pembelajaran kontekstual
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk
diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi
makna melalui pengalaman nyata. Menurut Piaget (Dahar, 1989: 159) menegaskan
bahwa penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau
pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran
menurut teori kontruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator.
Kemudian menurut konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah
bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial
maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah
diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang (Poedjiadi, 1999: 62). Jadi,
dalam teori Konstruktivisme ini menekankan pada kemampuan awal peserta didik, Seorang
guru dapat membantu proses ini dengan cara-caramengajar yang membuat informasi
menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan
dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka
sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana
tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat
pemahaman yang lebih tinggi , tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri
yang memanjatnya.
No comments:
Post a Comment